Kangennya masih ada di setiap waktu
Kadang aku menangis bila aku perlu
Tapi aku sekarang sudah lebih lucu
Jadilah menyenangkan s’perti katamu
Jalani hidup dengan penuh sukacita
Dan percaya kau ada di hatiku s’lamanya
Itulah penggalan dari lagu gala bunga matahari milik Sal Priadi. lagu ini tengah ramai jadi for your page di beberapa media sosial seperti tiktok, instagram dan media sosial lainnya. Memangnya ada apa sih sama lagunya Sal Priadi? Kenapa bisa seviral itu? Nah usut punya usut ternyata lagu ini punya makna yang mendalam banget loh. Jadi ternyata lagu ini tengah menggambarkan ekspresi rasa kehilangan dan kerinduan terhadap seseorang kekasih, pasangan, keluarga dan seluruh yang dicintai yang sudah tiada. Makanya banyak netizen yang merasakan kesedihan mendalam saat mendengarkan lagu dari Sal Priadi.
Berarti lagu ini sekurang-kurangnya bisa mewakili perasaan kerinduan dan kehilangan seseorang yang dicintai, entah seorang ibu, ayah, istri, anak atau siapapun itu. Tapi sahabat, memang kehidupan seperti itu adanya, kita akan mendapati momen kehilangan seseorang karena memang ada saatnya kita akan meninggalkan mereka yang kita cintai, atau malah kita yang ditinggalkan orang yang paling kita sayangi. Coba sahabat belajar kepada Ummu Thalhah dan Abu Thalhah, kedua sahabat ini mengahadapi momen kehilangan yang paling berat dalam kehidupan mereka sehingga kesedihan dan keremukan hati menyelimuti Ummu Sulaim dan Abu Thalhah. Allah menguji mereka dengan kehilangan.

Saat itu putera Abu Thalhah sedang menghadapi rasa sakit, namun disaat yang sama Abu Thalhah mesti pergi memenuhi kewajiban untuk berjihad dijalan Allah SWT bersama Rasulullah SAW. Saat sebelum kepulangan Abu Thalhah putera beliau sudah meninggal disebabkan penyakitnya, namun hebatnya Ummu Sulaim dengan tegar dan tenang setelah kepulangan ABu Thalhah dari medan pertempuran, beliau mendatangi Ummu Thalhah dan bertanya “Bagaimana keadaan anakku?” Ummu Sulaim menjawab, “Dia lebih tenang dari sebelumnya.” Ummu Sulaim kemudian menyuguhkan makan malam untuk Abu Thalhah sekaligus setelahnya berhubungan selayaknya suami istri. Keesokan harinya Ummu Sulaim mendatangi Abu Thalhah dan bertanya, “Wahai Abu Thalhah, bagaimana menurutmu jika ada seorang yang menitipkan barang, lalu ia mengambilnya Kembali barang tersebut, bolehkah aku menolak untuk dikembalikan?” Abu Thalhah dengan tegas menjawab, “Tentu tidak!” Maka kata Ummu Sulaim, “Jika begitu harapkanlah pahala dari Rabb-mu atas kematian puteramu.” Disaat itu juga Abu Thalhah sontak terkaget dan tidak bisa apa-apa selain melapor kepada Rasulullah SAW.

Maka diwaktu pagi, Abu Thalhah mendatangi Rasulullah SAW dan mengabarkan kejadian tersebut. Beliau bertanya: “Kalian tadi malam menjadi pengantin?” Abu Thalhah menjawab, “Ya.” Beliau pun berdoa: “Ya Allah, berkahilah keduanya.” Ummu Sulaim kemudian melahirkan seorang anak, lalu Abu Thalhah berkata kepadaku, “Jagalah ia hingga engkau bawa ke hadapan Nabi shallallahu ‘alaihi wasallam.” Anas kemudian membawa bayi tersebut kepada Nabi shallallahu ‘alaihi wasallam, dan Ummu Sulaim membekalinya dengan beberapa kurma. Nabi shallallahu ‘alaihi wasallam kemudian meraih bayi Abu Thalhah, beliau lalu bertanya: “Apakah ia (Anas) membawa sesuatu?” para sahabat menjawab, “Ya. Beberapa butir kurma.” Nabi shallallahu ‘alaihi wasallam kemudian mengambil kurma dan menguyahnya, kemudian beliau ambil kunyahan dari mulutnya dan memasukkannya ke dalam mulut sang bayi, baru setelah itu memberinya nama Abdullah.”

Dari momen-momen kehilangan itu selalu terlukis bayangan kesedihan dalam raut wajah dan perasaan, tidak mengapa kita selalu diselimuti kesedihan ketika kembali mengingat memori-memori moment kebersamaan dengan saudara atau siapapun yang kita cintai. Bahkan Rasulullah SAW sendiri sempat menangis sedih ketika ditinggal puteranya bernama Ibrahim, lalu ditinggal wafat pamanya, tidak lama dari situ ditinggal istri setia pendamping dakwahnya, yaitu Khadijah. Kita tidak bisa membayangkan bagaiamana rasa sedih dan rindu Rasulullah kepada orang-orang yang dicintainya. Sekali lagi yang salah itu bukan kesedihan, tapi berlebihan.
Supaya tidak berlebihan maka Allah menawarkan kesabaran sebagai obat penawar kesedihan dan kerinduan, sabar akan berjalan beriringan dengan keridhoan. Jadi bagi orang yang sabar bukan tidak sedih ketika kehilangan, tapi dia akan memilih ridho menerima atas segala ketetapan disebabkan dia yakin bahwa tidak ada yang dapat mengatur kehidupan ini kecuali hanya Allah yang Maha Pengasih dan Maha Penyayang. Makanya Kata Rasul Ash Shabru Ar Ridha’u sabar itu menerima. Namun ridho itu bukan hanya sebatas menerima dengan pasrah, tapi menerima yang membangkitkan amalan ikhtiar untuk melewati ujian dan cobaan atas kehilangan, meski harus terseret-seret, terinjak atau bahkan berdesak-desakan setidaknya teruslah berjalan jangan pernah berhenti. Buah dari kesabaran itu Allah akan berikan yang paling terbaik, lihatlah kisah Ummu Sulaim dan Abu Thalhah setelah ditimpa kepergian putera semata wayangnya.
Yuk jangan lupakan kewajibanmu untuk membayar zakat atau beramal dalam bentuk apapun.
Zakat sekarang juga, tunaikan zakatmu melalui
💳 BSI 888 9595 958
Salurkan sedekah terbaik sahabat melalui Infak sedekah umum
💳 BSI 880 999 8817
Informasi dan Konfirmasi
📲 081 1221 6667
📲 0852 2118 4803
Follow akun sosial media untuk info kebaikan lainnya
Instagram : http://instagram.com/sedekahku_percikaniman
Tiktok : http://tiktok.com/@sedekahkupercikaniman
Youtube : http://youtube.com/@SedekahkuPercikanIman